Senin, 20 Januari 2014



Beberapa tahun terakhir ini, istilah Homeschooling mulai populer di Indonesia. Bahkan seolah-olah menjadi tren dalam dunia pendidikan kalangan menengah ke atas.  Mengapa kalangan menengah ke atas? Hal ini dikarenakan Informasi-informasi didapat dengan mudah melalui dunia maya atau internet, termasuk berbagai artikel parenting dan beragam model pendidikan. Para orang tua menjadi lebih sadar terhadap kualitas pendidikan, serta kritis dalam memilih model pendidikan bagi anak-anaknya.
Banyak dari masyarakat yang salah tafsir mendefinisikan Homeschooling. IstilahHomeshcooling bukanlah sebutan untuk sebuah lembaga, melainkan sebutan untuk keluarga. Homeschooling adalah istilah umum bagi keluarga-keluarga yang mendidik anak-anaknya di rumah. Di dalam Homeschooling, keluarga menjadi penentu seluruh kebijakan pendidikan. Dalam hal ini, dikarenakan orang tuanyalah yang paling mengetahui potensi dan perkembangan dari anak-anaknya dibandingkan dengan orang lain. Oleh karena itu, orangtualah yang paling berhak untuk menentukan arah kebijakan pendidikan keluarganya, bukan orang lain, bukan pula lembaga lain di luar keluarga.  Investasi yang dikeluarkan oleh orang tua dalam Homeschooling tidak hanya berupa dana, namun juga tenaga dan waktu yang dicurahkan.
Metode dan Model Homeschooling
Pada dasarnya tidak ada model dan metode yang rigid untuk melakukan Homeschooling, semuanya dikembalikan kepada keluarga yang melakukannya. Sebuah keluarga bisa menjalani berbagai metode dan model dalam keberjalanan Homeschoolingnya. Ada dua arus atau model utama dalam Homeschooling, diantaranya adalah: (1) School at homeyaitu model Homeschooling yang mirip dengan sekolah. Materi, buku dan kurikulumnya mengikuti sekolah. (2) Unschooling yaitu model Homeschooling yang sangat berbeda dengan yang dijalankan oleh sekolah.  Dipelopori oleh John Holt pada tahun 1960-an. Model ini menekankan bahwa belajar adalah kegiatan alami/natural, yang berdasarkan pada minat dan kebutuhan anak. John Holt mengatakan, “I believe that we learn best when we, not others are deciding what we are going to learn, and when we are choosing the people, materials, and experiences from which we will be learning”. Dalam model Unschooling ini, orang tua hanya bersifat fasilitator yang mendorong anak untuk menjadi pembelajar aktif.
Keuntungan dan Tantangan/Resiko Homeschooling
Beberapa kelebihan atau keuntungan dari Homeschooling adalah sebagai berikut:
1.  Fleksibilitas Pendidikan
Dalam Homeschooling, orang tua atau sebuah keluarga merancang pendidikan untuk anaknya sesuai dengan idealismenya.  Tidak ada batasan dalam perencanaan pendidikan, orang tua dapat dengan bebas memilih tujuan pendidikan anaknya, metode, sarana dan hal-hal detail teknis lainnya.
Orang tua dapat fokus pada kekuatan/kelebihan anak, bukan pada kekurangannya. Setiap anak memiliki gaya belajar dan minat yang berbeda, sehingga model dan metodeHomeschooling pun bisa diubah (dikostumisasi) sesuai dengan kebutuhan anak.
2.  Fleksibilitas Pendanaan
Dengan Homeschooling, dana yang dikeluarkan pun bisa dikostumisasi atau disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki.  Orang tua hanya mengeluarkan dana sesuai dengan kebutuhan. Model-model pembelajaran dengan menggunakan bahan/barang di sekitar rumah dan sumber bahan ajar lainnya yang mudah ditemukan di media internet dengan gratis. Model Homeschooling memiliki visi untuk mendapatkan ilmu yang bemanfaat serta tidak lantas berbanding lurus dengan biaya yang harus dikeluarkan.
3.  Akses Pada Dunia Nyata
Dengan fleksilibitas waktu dan pembelajaran (metode belajar melalui kegiatan sehari-hari, proses magang, kunjungan lapangan, dan lain sebagainya), anak-anak Homeschoolingdapat memiliki waktu lebih banyak bersentuhan dunia riil. Ini yang menjadikan anak lebih memahami ilmu dengan penerapannya, memahami realitas sosial masyarakat dan beradaptasi dengan lingkungannya.
4.  Kedekatan dengan Keluarga
Homeschooling menjadikan hubungan lebih erat dan kuat antara anak dan orang tua. Sehingga penanaman nilai-nilai dapat lebih intens dilakukan. Selain itu, kehangatan dan kedekatan anak dengan orang tua membuat anak lebih bahagia dan matang secara psikologis. Kondisi demikian menjadikan anak lebih kuat menghadapi tantangan-tantangan dari luar ketika beranjak remaja dan dewasa.
Selain memiliki banyak kelebihan/keuntungan, Homeschooling pun memiliki resiko atau kekurangan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1.  Effort/usaha yang besar dalam pengelolaannya
Dalam Homeschooling, usaha yang dilakukan orang tua dan tanggung jawab orang tua lebih besar dibandingkan dengan jika anak tersebut bersekolah. Orang tua harus membuat rancangan pembelajaran anak, goal yang ingin dicapai, serta menjabarkannya dalam proses belajar harian. Agar berjalan dengan baik maka dibutuhkan semangat dan saling menguatkan antara kedua orang tua.
2.  Minimnya infrastruktur
Infrastruktur sekolah seperti peralatan dalam laboratorium dan sebagainya, tidak tersedia dalam Homeschooling sehingga orang tua harus pandai-pandai mensiasati kondisi seperti ini.
3.  Ketergantungan pada Keluarga
Keberlangsungan Homescooling menjadi terhambat ketika terjadi kejadian luar biasa dalam keluarga seperti: perceraian dan kematian.
4.  Tantangan Eksternal
Masih banyak masyarakat Indonesia yang memandang ‘aneh’ bahkan cenderung berpandangan negatif terhadap keluarga-keluarga yang memilih untuk Homeschooling. Oleh karena itu, tekanan dari lingkungan sekitar harus diantisipasi oleh keluargaHomeschooling.
Walaupun terkadang dipandang sebelah mata, nyatanya banyak sekali tokoh-tokoh yang merupakan produk Homeschooling, di antaranya:
  1. George Washington (presiden AS)
  2. Abraham Lincoln (presiden AS)
  3. Albert Einstein (saintis)
  4. Leonardo da Vinci (seniman)
  5. Claude Monet (pelukis)
  6. Thomas A. Edison (penemu)
  7. Alexander Graham Bell (penemu)
  8. Wolfgang Amadeus Mozart (komposer)
  9. Fred Terman (presiden the Stanford University)
  10. Timothy Dwight (presiden the Yale University)
  11. Charlie Chaplin (aktor)
  12. Soichiro Honda (pendiri Honda)
  13. Colonel Harland Sanders (pendiri Kentucky Fried Chicken)
Jika melihat sejarah, tokoh-tokoh Indonesia di zaman dulu ada pula yang menerapkan metode Homeschooling dalam mendidik anak-anak mereka. Misalnya KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan Buya Hamka.  Mereka memilih Homeschooling agar belajar tidak hanya untuk mendapatkan ijazah, akan tetapi belajar untuk mencintai ilmu, belajar untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi sesama dan alam semesta, belajar untuk senantiasa semakin cinta dan dekat dengan Sang Pencipta.
*Tulisan ini dimuat di Majalah Pendidikan PENA edisi 28 (Oktober-Desember 2013)

0 komentar:

Posting Komentar