Senin, 20 Januari 2014



Oleh: Asdi Nurkholis - Mahasiswa Fakultas Tarbiyah, King Saud University, Riyadh

Pemuda, menjadi tema sangat penting dikupas dalam kancah pendidikan saat ini. Bagaimana tidak, dalam sejarah pendidikan pemuda menjadi memainkan peranan penting sebagai subjek maupun objek pendidikan.
Masa muda adalah masa yang pasti dilalui setiap orang untuk sampai ke masa tua. Bahkan karena pentingnya masa muda ini, Rasulullah SAW. mewanti-wanti kepada para pemuda dalam sabda beliau yang artinya:“Bahwa kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat kelak, kecuali setelah ditanya empat hal; salah satunya adalah masa mudanya Dia gunakan untuk apa?…”
Cukup tajam makna dari hadis di atas. Hadist tersebut mengisyaratkan bahwa apa yang dilakukan para pemuda saat ini berdampak pada kehidupan akhiratnya kelak. 14 abad lebih Rasulullah SAW. mengingatkan masa muda begitu berharga dan sangat penting dalam setiap lini kehidupan manusia. Masa muda bagi seseorang jelas memiliki banyak kelebihan. Dari sisi fisik; masih sehat, otot dan tulang masih kuat, siap untuk diajak beraktifitas dan mengangkat benda-benda berat jika dibutuhkan. Dari sisi non fisik; otak masih segar, belum bercabang dalam berfikir, masih sangat siap untuk diajak berdiskusi dan menambah ilmu sebanyak-banyaknya.
Goresan Tinta Emas Generasi Muda Rasulullah SAW
Peran pemuda memiliki terkait erat dengan kiprahnya dalam agama, bangsa dan negara. Ini tidak lepas dari ajaran sang pendidik yang agung nan mulia, Rasulullah SAW yang mengajarkan kepada para pemuda agar memanfaatkan usia produktif untuk berkiprah dalam agama, bangsa dan negara demi kemaslahatan ummat.
Abdullah Ibnu Abbas, di usia 13 tahun beliau sudah menjadi ahli dan pakar tafsir dari kalangan sahabat Rasulullah SAW. Beliau dianugerahi sebagai pemuda yang cerdas otaknya dan memiliki kepiawaian dalam berorasi. Perlu diketahui bahwa beliau ini menjadi muridnya Rasulullah SAW kurang dari sepuluh tahun. Sedangkan Ibnu Umar putra Umar bin Khattab memulai belajar agama pada usia 10 tahun ketika di Madinah. Begitu kuatnya pendidikan yang diajarkan Rasulullah SAW, beliau pernah menceritakan; Di saat usia Ibnu Umar memasuki 14 tahun, terbesit keinginan kuat untuk membela agama, bangsa dan negara. Beliau pun berharap bisa ikut dalam perang Uhud, perang kedua dalam Islam. Namun keinginan itu belum tercapai, karena tidak mendapatkan izin dari Rasulullah SAW. disebabkan usia yang masih sangat muda dan belum baligh. Akhirnya, beliau baru mendapatkan kesempatan mengikuti perang Khandak pada saat usia 15 tahun.
Abu Hurairah, seorang penuntut ilmu handal yang telah meriwayatkan dari Rasulullah SAW. lebih kurang 8.700 hadist. Beliau menjadi seorang muslim dan memulai berguru kepada Rasulullah SAW pada usia 16 tahun. Sementara Mu`adz ibnu Jabal di usianya yang ke-32 tahun, dinilai oleh Rasulullah SAW. sebagai seseorang dengan kepakaran dalam masalah halal dan haram. Di usia 32 tahun pula, beliau diutus Rasulullah SAW. untuk mejadi duta besar sekaligus guru dan mufti di Yaman.
Tantangan Masa Kini Bagi Pemuda
Menjadi sebuah catatan di zaman ini, tidak sedikit para pemuda yang lalai pada masa mudanya. Waktu yang ia miliki terbuang tanpa sedikitpun ada nilai plus yang bisa dibanggakan. Sangat sedikit dari Mereka yang benar-benar memanfaatkan masa mudanya diisi dengan hal-hal positif untuk kebaikan di masa tuanya. Bahkan Mereka terkadang tak memilikirkan kebaikan di masa setelah kematiannya.
Tantangan yang tak henti-henti yang dihadapi para pemuda adalah godaan dunia. Misalkan dalam masalah rokok, berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalansi penduduk usia 15 tahun keatas yang merokok setiap hari secara nasional mencapai 28,2%. Sedangkan berdasarkan usia pertama kali merokok secara nasional, kelompok usia 15-19 tahun menempati peringkat tertinggi dengan prevalansi mencapai 43,3%, disusul kelompok usia 10-14 tahun yang mencapai 17,5%. Sementara itu, data dari Kemenkes, menyebut lebih dari 43 juta anak Indonesia hidup serumah dengan perokok dan terpapar asap rokok atau sebagai perokok pasif. Sebesar 37,3% pelajar dilaporkan terbiasa merokok, dan 3 di antara 10 pelajar pertama merokok pada usia dibawah 10 tahun.
Belum lagi kalau dilihat data pecandu narkoba, 70% dari 4 juta pecandu narkoba tercatat sebagai anak usia sekolah, yakni berusia 14 hingga 20 tahun. “Bahkan sudah menyusup ke anak usia SD,” ujar Muchlis Catyo, Kepala Subdit Kesiswaan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Data Yayasan AIDS Indonesia (YAI) pun menggambarkan kondisi pemuda yang mengerikan dengan seks bebas yang membabi buta. Menurut YAI, jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia per Maret 2009, mencapai 23.632 orang. Dari jumlah itu, seKitar 53% terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun, disusul dengan kelompok usia 30-39 tahun seKitar 27%. Cukup menyedihkan dan sangat mengkhawatirkan bagi sebuah negeri jikalau kondisi pemudanya demikian.
Peran Pemuda Untuk Pendidikan
Tidak mudah untuk menyadarkan kepada para pemuda yang sudah jauh terjerumus dalam lembah hitam kemaksiatan dan kemalasan berfikir serta hilangnya produktifitas. Namun masih ada secercah harapan bagi Kita disaat melihat masih banyaknya para pemuda yang terus belajar dan sadar akan kewajibannya sebagai hamba. Pemuda hendaknya didorong dengan semangat untuk ikut serta dalam mencerdaskan bangsa. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan para pemuda sebagai bentuk sumbangsih bagi pendidikan:
  1. Teruslah belajar; ada sebuah ungkapan dalam bahasa Arab “Uthlubul ilma minal mahdi ilal lahdi”, carilah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat. Ungkapan itu memiliki arti mencari ilmu menjadi menjadi bagian nafas dari kehidupan manusia, tidak mengenal batas waktu, usia dan tempat.  Ketika seseorang mau belajar, setidaknya kesempatan untuk berbuat negatif akan hilang dengan sendirinya dari dirinya.
  2. “Khairu jaliisin fiz zamaani Kitaabun”; ungkapan bahasa Arab yang menegaskan bahwa sebaik-baik teman duduk adalah buku-buku yang dibaca. Menyibukkan diri dengan membaca buku-buku yang bermanfaat pastilah akan memunculkan generasi kutu buku, generasi yang akan menghabiskan waktunya bercengkrama dengan para ulama maupun ilmuwan dari karya-karya Mereka.
  3. Carilah teman dan lingkungan yang baik. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa teman yang baik lagi shalih, ikut mempengaruhi diri pemuda, begitu juga sebaliknya. Mencari teman yang baik merupakan bagian dari penerapan nilai-nilai akhlak di luar sekolah.
  4. Perbaiki moralitas diri. Cara terbaik untuk menyadarkan diri pemuda adalah dengan kembali merenungi tugas dan kewajibannya sebagai seorang hamba.
  5. Menghormati guru. Bagian terpenting dalam proses pembelajaran adalah bagaimana seorang murid mampu menghormati gurunya, dan sebaliknya bagaimana seorang guru dapat mengajarkan norma-norma adab dan sopan santun kepada muridnya. Posisi guru menjadi suritauladan bagi murid-muridnya. Suri teauladan merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar. Guru bukanlah jabatan fungsional semata namun guru adalah jabatan sebagai seorang pendidik, pengayom, pemberi contoh bahkan menjadi jabatan layaknya anak kepada orangtuanya.
Berangkat dari sebuah hadist yang mulia di atas, penulis berharap pemuda mampu meraih prestasi yang terbaik sebagai bagian dari umat Islam. Melalui proses pendidikan yang baik, pemuda mampu menjawab tantangan masa kini. Hadist tersebut hendaknya menjadi stimulus jangka panjang dalam mengisi waktu muda yang begitu singkat dan cepat. Para sahabat Rasulullah SAW. sadar betul akibat yang didapat ketika melalaikan masa muda. Masa muda para sahabat Rasulullah SAW dijalani dengan bersungguh-sungguh dalam kebaikan. Rasulullah SAW menanamkan nilai pendidikan yang begitu mendasar dan tertancam kokoh dalam setiap sanubari sahabat. Para sahabat dibangunkan dari tidur panjang, foya-foya dan kemalasan kepada kreatifitas, berkarya dan semangat menuntut ilmu.
Kondisi riil saat ini sebagaimana dipaparkan penulis di atas, menunjukkan begitu hancurnya generasi muda Kita. Data-data tersebut yang sangat mengejutkan dan mengerutkan dahi setiap manusia yang membacanya. Ini yang mengharuskan Kita melihat kembali draf-draf kurikulum pendidikan sekarang. Sudah saatnya, ditimbang kembali antara teori dan praktek di lapangan apakah sudah berjalan beriringan atau terjadi ketimpangan?.
Setidaknya pemuda Kita menjadi generasi yang suka membaca dan mau belajar dari pengalaman. Agar tidak terjatuh di lubang yang sama, pemuda dituntut mau memperbaiki akhlak dan moralitasnya, mencari teman yang dapat menuntun kepada kebaikan, serta mau mengamalkan ilmu dan nasehat dari guru-guru Mereka. Sekali lagi, pendidikan yang berkualitas dan membumi akan menghasilkan pemuda-pemuda tangguh, pemuda yang tidak akan pernah tergoda dengan kenikmatan sesaat, pemuda yang siap mengorbankan jiwa dan raganya untuk menjunjung tinggi martabat bangsa dan negara.
*Tulisan ini dimuat di Majalah Pendidikan PENA edisi 28 (Oktober-Desember 2013)

0 komentar:

Posting Komentar