Senin, 20 Januari 2014




Oleh: Mukhshon Nawawi
A. Pendahululuan
Tujuan kultural yang memotivasi kaum Muslimin belajar bahasa Arab, sebagaimana dituturkan an-Nâqah (1984) yang dinukil Yûnus dan asy-Syaikh, antara lain adalah untuk: memahami sendi-sendi agama Islam, baik yang menyangkut akidah, ibadah, maupun segi legislasinya, memahami tafsir Alquran, memahami hadis dan sîrah Nabi saw dan memahami sejarah Islam. Dalam konteks keindonesiaan, tidak sedikit warga masyarakat di Indonesia yang berminat mempelajari bahasa Arab karena motivasi kultural ini. Mereka tidak memprioritaskan penguasaan bahasa Arab untuk untuk mencari lapangan kerja atau melanjutkan studinya di perguruan tinggi di negara-negara Arab. Bagi mereka, keterampilan berbahasa yang diperlukan adalah keterampilan memahami dan menyimak ayat-ayat al-Qur’an serta berbagai bacaan dan doa yang lazim digunakan dalam kegiatan ibadah sehari-hari.
Kebutuhan spiritual masyarakat muslim di tanah air yang seirama dengan hasil penelitian an-Nâqah tersebut merupakan realitas yang perlu dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan sebuah desain program pengajaran bahasa Arab yang sesuai dan menarik. Program Bahasa Arab Qur’ani (PBAQ) tampaknya didesain dalam rangka menyambut hasrat dan keinginan mereka yang luhur ini.
B. Pengertian Bahasa Arab Qur’ani
Istilah “Bahasa Arab Qur’ani (BAQ)” pertama kali muncul pada tahun 1999 melalui diterbitkannya buku Bahasa Arab Qur’ani oleh PT Karya Toha Putra Semarang karya D. Hidayat, seorang profesor Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Walaupun pada mulanya buku tersebut merupakan bahan ajar yang disusun untuk peserta kursus di Lembaga Bahasa dan Ilmu Qur’an (LBIQ) Provinsi DKI Jakarta, tetapi kemudian digunakan juga secara meluas melalui kegiatan pembelajaran bahasa Arab, baik yang diselenggarakan secara institusional maupun individual.
Mengenai pengertian dan batasan istilah Bahasa Arab Qur’ani, dalam Pedoman Program Pembelajaran Bahasa Arab Qur’ani disebutkan sebagai berikut:
“Program Bahasa Arab Qur’ani (PBAQ) adalah suatu program pengajaran yang ditujukan kepada para pemuda dan orang dewasa yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, dan membina kemampuan membaca, memahami, dan menyimak bahasa Arab qur’ani. Istilah qur’ani dalam batasan ini meliputi:
  1. Ayat-ayat Alquran yang populer di kalangan kaum muslimin Indonesia. Yang dimaksud ayat-ayat populer ialah ayat-ayat Alquran yang telah dihafal, atau sering dibaca, atau sering terdengar dalam rangka melaksanakan kegiatan ibadah, majelis taklim dan dakwah Islam.
  2. Ayat-ayat Alquran lain yang mengandung kosakata (mufradât) yang tinggi frekwensinya dalam bidang kajian keislaman.
  3. Bacaan dan doa-doa yang biasa digunakan dalam kegiatan ibadat sehari-hari, seperti bacaan/doa yang diucapkan dalam salat fardhu, salat-salat sunat, doa sebelum dan setelah salat, doa-doa dalam ibadah puasa dan ibadah haji.
  4. Wacana berbahasa Arab yang berkenaan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam dan dasar-dasar ulûmul qur’ân.”
Berdasarkan pengertian dan batasan seperti tersebut di atas, tampak dengan jelas bahwa BAQ hanya menekankan pada pengembangan keterampilan reseptif yang berupa memahami (Comprehension) teks bacaan dan simakan, bukan pada keterampilan produktif dalam bentuk keterampilan bercakap dan menulis. Fokus pada keterampilan reseptif inipun kemudian dibatasi lagi hanya pada teks materi yang memang benar-benar populer dalam kehidupan ritual keislaman sehari-hari. Fokus pada “pemahaman yang terbatas pada bahasa Arab Qur’ani” ini diyakini mampu mengefektifkan proses pembelajaran dengan harapan bahwa tujuan dapat tercapai dalam waktu yang relatif singkat, berbeda dengan program pengajaran bahasa Arab pada umumnya yang bertujuan menguasai semua keterampilan (menyimak, berbicara, memahami bacaan, dan menulis), yang dengan sendirinya memerlukan waktu yang relatif lama.
C. Karakteristik
Pembelajaran dalam PBAQ diselenggarakan dengan berpijak pada ciri-ciri khusus bahasa Arab, serta mempertimbangkan faktor psikologis yang dominan di kalangan warga belajar. Secara linguistik, banyak  kosakata, ungkapan, dan istilah dalam bahasa Indonesia terutama di bidang keagamaan yang merupakan hasil “serapan” dari bahasa Arab. Misalnya adalah kata qiraat, qari’, khalikmakhlukinsanilmualimmaklummajlistaklimassalamu’alaikum, dan insya Allah. Gejala kebahasaan ini dimanfaatkan oleh PBAQ dalam proses pembelajaran untuk memudahkan warga belajar memahami dan mengingat (menghafal) kosakata, ungkapan, dan istilah-istilah yang terdapat dalam materi pelajaran qur’ani yang dipelajari.
Selain pendekatan asosiasi serapan, masalah sharf (bentuk kata, morfologi) dianggap perlu terlebih dahulu dikuasai oleh warga belajar sebelum diajarkan struktur kalimat (nahwu, sintaksis). Jadi, dalam memahami suatu kalimat Arab, dikenalkan terlebih dahulu arti/makna kosakata (dan sedapat mungkin melalui serapan) dan bentuk kata-kata yang membangun kalimat tersebut. Pengenalan sharf dilakukan dengan cara pengembangan kosakata (yang di antaranya telah dipahami lewat pendekatan asosiasi serapan) melalui bentuk-bentuk: tashrîf (konjugasi), mufrad-jamakmudzakkar-mu’annats (bentuk maskulin-feminin) dan dhamîr (kata ganti).
Secara psikologis, diakui bahwa terdapat keyakinan di kalangan umat Islam perihal membaca Alquran merupakan kegiatan ibadah yang dapat mendatangkan ketenangan dan kasih sayang Allah SWT. Keyakinan ini sangat tampak tercermin dari pernyataan Subhy ash-Shâlih (2000) mengenai definisi Alquran yang telah disepakati oleh para ushûliyyîn,fuqahâ’, dan ahli bahasa Arab, yaitu “Alquran adalah firman Allah … yang dinilai ibadah dengan membacanya”. Di antara yang menjadi pijakan keyakinan ini adalah Hadits Nabi SAW sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim: “Bacalah Alquran karena Alquran akan hadir pada hari Kiamat sebagai penolong bagi orang-orang yang membacanya.”.
Seperti halnya kegiatan membaca Alquran, belajar untuk memahami bacaan Alquran juga diyakini sebagai ibadah. Keyakinan bahwa belajar materi qurani merupakan kegiatan ibadah dimanfaatkan oleh PBAQ dalam rangka meningkatkan motivasi, minat, dan perhatian warga belajar terhadap pembelajaran. Mereka akan “betah” karena merasakan nikmatnya larut dalam pembelajaran yang bernuansa ibadah yang menyejukkan hati.
Setelah memahami mufradât melalui pendekatan asosiasi serapan, sharf, dan cara lain yang sesuai, maka dalam memahami ungkapan dan kalimat-kalimat Arab qurani, warga belajar dalam PBAQ didorong serta dibimbing untuk mengoptimalkan daya nalar mereka masing-masing. Di sini, nalar diyakini dapat membantu warga belajar dalam memahami ungkapan dan kalimat Arab qur’ani yang dipelajarinya tanpa menemui kesulitan yang berarti, walaupun dalam banyak hal struktur kalimat yang mendasarinya belum dipelajarinya secara khusus.
D. Materi Pelajaran
Materi pelajaran terhimpun dalam buku pelajaran Bahasa Arab Qur’ani yang terdiri atas tiga jilid, dan masing-masingnya terdiri atas 12 dars (satuan bahasan). Tiap dars meliputi empat komponen yang berupa: teks utama (nash asâsiy), pengembangan kosakata (tanmiyat al-mufradât), tata bahasa (qawâ’id), dan latihan (tamrînât).
Teks utama yang mengawali setiap dars mengandung kosakata baru yang diprogramkan. Teks utama dalam jilid 1 dan 2 berupa surah atau ayat-ayat pendek atau bacaan populer dalam kegiatan ibadah, sedangkan teks utama jilid 3 berupa wacana pendek tentang pengertian dan kandungan Alquran.
Tanmiyat al-mufradât adalah pengembangan kosakata baru yang telah dikenalkan dalam teks utama melalui tashrîfmufrad/jamakmudzakkar/mu’annats, dan penyesuaiandhamîr. Agar lebih mantap, diberikan pula contoh penggunaan kosakata tertentu dalam kalimat.
Tata bahasa yang dipelajari dalam jilid 1 dan 2 berupa bentuk kata (sharf), sedangkan struktur kalimat (nahw) dikenalkan dalam jilid 3. Sedangkan materi latihan yang kebanyakan berupa ayat-ayat Alquran bertujuan, dari segi kebahasaan, untuk memantapkan penguasaan kosakata dan tata bahasa yang telah dipelajari.
Materi tata bahasa yang diprogramkan hanyalah materi sharf dan nahw yang benar-benar tinggi frekuensinya dalam Alquran. Karena itu, jika ada masalah tata bahasa di luar itu yang dipertanyakan oleh warga belajar maka guru hanya menjawabnya secara praktis dan singkat.
Selain tata bahasa yang berupa sharf dan nahw, diberikan juga materi pelajaran pedukung berupa balâghahBalâghah di sini bukanlah balâghah sebagai “ilmu” yang biasa dipelajari di perguruan-perguruan tinggi. Dalam PBQ, balâghah disajikan dalam bentuk telaah ayat-ayat Alquran yang mengandung unsur-unsur balâghi, sehingga bermanfaat bagi warga belajar dalam memahami makna ayat-ayat yang dipelajari dengan baik dan benar serta memungkinkan mereka dapat merasakan (tadzawwuq) keindahan dan i’jâz bahasa Alquran.
 E. Jenis Kegiatan Pembelajaran dan Evaluasi
Suatu pembelajaran akan terlaksana dengan efektif dan efisien bila terpenuhi paling tidak tiga rukunnya sekaligus: 1) guru secara profesional menyampaikan materi pelajaran; 2) warga belajar menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan motivasi, minat, serta perhatian yang tinggi; dan 3) warga belajar berupaya mengamalkan pelajaran yang telah diperolehnya di ruang belajar dalam kehidupan nyata sehari-hari di masyarakatnya. Di samping rukun pertama dan kedua, maka rukun ketigapun mudah terpenuhi melalui Program Bahasa Arab Qur’ani, suatu hal yang sulit dipenuhi dalam program pengajaran bahasa Arab yang lain.
Sedangkan metode yang dipilih dalam kegiatan belajar mengajarnya pada dasarnya adalah metode qira’ah dan qawâ’id-tarjamah, dengan memilih teknik-teknik pengajaran yang tepat seperti membaca, tashrîf, ceramah singkat, tanya jawab, tubian (drill), dan penugasan. Dalam kegiatan membaca Alquran, warga belajar didorong untuk senantiasa memperhatikan makhraj, panjang-pendek, waqf-dan-ibtidâ` bahan bacaan, sesuai dengan kemampuan dasar masing-masing.
Evaluasi atau penilaian dilakukan secara terus menerus, dilakukan di bagian awal dan bagian akhir pembelajaran tatap muka, dengan alat yang berupa tes atau nontes, baik secara lisan maupun tulisan. Melakukan tugas rumah (PR) dapat diberikan sebagai salah satu bahan evaluasi. Mengingat tujuan pembelajaran yang terfokus pada keterampilan pemahaman, maka PBAQ berupaya untuk menghindari bentuk-bentuk tes yang ditujukan untuk mengevaluasi keterampilan bercakap dan menyusun kalimat.
 F. Warga Belajar
Yang dimaksud dengan warga belajar dalam PBAQ adalah warga masyarakat muslim dari kelompok pemuda dan dewasa, bukan anak-anak. Hal ini karena belajar memahami materi qur’ani, khususnya ayat-ayat Alquran, memerlukan kedewasaan berpikir dan daya nalar yang memadai. Akan lebih afdhal jika warga belajar telah akrab dengan surat-surat pendek Alqur’an, bacaan dan doa-doa yang biasa digunakan dalam kegiatan ibadat sehari-hari. Hal ini akan mempercepat pemahaman materi pelajaran.
Mengingat warga belajar dalam PBAQ adalah berupa orang dewasa maka pembelajarannya berlangsung dengan menggunakan prinsip-prinsip andragogi. Warga belajar berupaya secara aktif untuk terlibat dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, dan mediator.
G. Penutup
Program Pembelajaran Bahasa Arab Qur’ani merupakan model yang ditawarkan dalam upaya menyambut salah satu tujuan masyarakat muslim Indonesia belajar bahasa Arab, yaitu untuk memahami makna bacaan yang biasa diucapkan dalam kegitan-kegiatan ritual keagamaan. Kesesuaian dan keberhasilan program ini tentunya masih terus perlu diuji dan dikaji lebih lanjut. Wallâhu musta’ân.

DAFTAR RUJUKAN

Ash-Shâlih, Subhiy. 2000. Mabâhits fî Ulûm al-Qur’ân. Beirût: Dâr al-‘Ilm li al-Malâyîn
Grabe, William & Fredricka L. Stoller. 2002. Teaching and Researching Reading. London: Pearson Education
Hidayat, D. 2003. Bahasa Arab Qur’ani Jilid 1-4. Semarang: PT Karya Toha Putra bekerja sama dengan YBMQ Jakarta
Maswani. 2007. Minat Masyarakat DKI Jakarta terhadap Bahasa Arab Qur’ani. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Muhbib Abdul Wahab, “Quo Vadis Pendidikan Bahasa Arab di Era Globalisasi”, Makalah disampaikan dalam Seminar Sehari BEMJ PBA FITK UIN Jakarta, 29 Mei 2006
Yayasan Bina Masyarakat Qur’ani. tt. Pedoman Program Pembelajaran Bahasa Arab Qur’ani. Jakarta: YBMQ
Yunus, Fathi Aliy dan Muhammad Abd ar-Ra`ûf asy-Syaikh. 2003. Al-Marja’ fî Ta’lîm al-Lughah al-‘Arabîyah li al-Ajânib. Kairo: Maktabah Wahbah
_______, tt. Panduan Pelatihan Guru Bahasa Arab Qur’ani. Jakarta: YBMQ
*Tulisan ini dimuat di Majalah Pendidikan PENA edisi 28 (Oktober-Desember 2013)

0 komentar:

Posting Komentar